Monday, August 15, 2011

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keberagaman makhluk hidup dan ekosistemnya membentuk keanekaragaman hayati. Makhluk hidup dan lingkungan saling bergantung satu sama lain, misalnya untuk mendapatkan udara, air, makanan, dan kebutuhan lainnya. Sayangnya, aktivitas manusia secara perlahan tetapi pasti mulai mengurangi keanekaragaman hayati ini. Spesies-spesies hewan dan tumbuhan semakin berkurang sebelum kita sempat mempelajarinya. Dalam hal ini, anda akan mengenal lebih jauh tentang keanekaragaman hayati Indonesia dan apa yang dapat anda lakukan untuk melestarikannya. Selain itu, anda juga mempelajari tata cara pengklasifikasian keanekaragaman hayati.
BERBAGAI TINGGAT KEANEKARAGAMAN HAYATI
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.
1. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen menyebabkan variasi anatarindividu sejenis. Misalnya keanekaragaman pada tanaman padi dan mangga. Tanaman padi ada beberapa jenis seperti IR,PB,rojolele,sedani, dan kapuas. Tanaman mangga juga ada bermacam-macam, misalnya mangga gadung, mangga manalagi, mangga apel, dan mangga golek. Keanekaragaman ini disebabkan oleh variasi gen. Gen adalah materi dalam kromosom makhluk hidup yang mengendalikan sifat organisme. Perbedaan variasi gen menyebabkan sifat yang tidak tampak (genotipe) dan sifat yang tampak (fenotipe) pada setiap makhluk hidup yang berbeda. Variasi makhluk hidup bisa terjadi perkawinan sehingga susunan gen keturunan berbeda dari susunan gen indukannya. Selain itu, variasi makhluk hidup dapat pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan.
2. Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman hayati antarspesies mudah diamati karena perbedaannya yang mencolok. Sebagai contoh keanekaragaman antara kelapa, aren, kurma, dan sagu. Meskipun tumbuh-tumbuhan itu merupakan satu kelompok tumbuhan Palmae, masing-masing memiliki fisik yang berbeda. Misalnya. kelapa dan aren tumbuh di daerah pantai atau di tempat kering, kurma tumbuh di daerah kering atau padang pasir, dan sagu tumbuh di daerah yang lembap dan basah. Contoh lain yaitu antara serigala dengan anjing ras. Hewan-hewan ini termasuk satu kelompok Canis. Meskipun demikian, antara mereka terdapat perberdaan fisik.

Keanekaragaman jenis pada Serigala Abu-Abu, Pitbull, dan Golden Retriver
3. Keanekaragaman Ekosistem
Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup misalnya tumbuhan atau hewan lain. Faktor abiotik misalnya iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, serta salinitas, tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Keanekaragaman tingkat ekosistemdapat kita lihat seperti contoh berikut ini
a. Ekosistem lumut 
Ekosistem lumut didominasi oleh tumbuhan lumut dan terletak di daerah bertemperatur rendah, misalnya di puncak gunung dan di kutub. Hewan yang terdapat di daerah tersebut adalah hewan berbulu tebal

b. Ekosistem Hutan Berdaun jarum
Ekosistem hutan berdayn jarum didominasi oleh pohon berdaun jarum dan terletak di daerah pegunungan. Ciri ekosistem ini antara lain umumnya berada di daerah beriklim sedang (subtropis) yang bersuhu dingin. Hewan di daerah ini antara lain beruang.
c. Ekosistem Hutan Hujan Tropis
Ekosistem hutan hujan tropis terdapat di daerah tropis degan ciri ditumbuhi bermacam-macam pohon terutama tumbuhan epifit, misalnya anggrek, tumbuhan pemanjat, misalnya liana dan lumut. Hewan yang terdapat dalam ekosistem ini anatara lain kera dan burung.
d. Ekosistem Padang Rumput
Ekosistem ini didominasi oleh rumput dan terdapat pada daerah yang beriklim kering, dengan ketinggian antara 3600 sampai 4100 m. Hewan yang hidup dalam ekosistem ini antara lain mamalia besar, herbivor, serta karnivor.
e. Ekosistem Padang Pasir
Ciri ekosistem ini antara lain didominasi tumbuhan katus, terdapat pada daerah beriklim panas. Hewan yang ada antra lain reptilia, mamalia kecil, dan burung.

f. Ekosistem Pantai                        
Ekosistem pantai didominasi oleh formasi pes capre dan formasi barringtonia yang berbentuk pohon atau perdu. Hewan yang ada anatara lain crustacea, serangga, molusca, dan burung pantai. 
KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA   
Keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan karateristik wilayah dan persebaran organismenya. Secara astronomis, Indonesia terletak di antara 6" LU- 11" LS dan 95"-141"BT. Artinya, Indonesia terletak di daerah iklim tropis ( daerah tropis terletak diantara 23½"LU dan 23½"Ls). Ciri-ciri daeraha tropis antara lain temperaturnya yang cukup tinggi (26"-28"C), curah hujan cukup banyak (700-7000 mm/tahun), dan tanahnya sybur karena proses pelapukan batuan cukup cepat. Dilihat secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni sirkum Pasifik dan sirkum Mediterania. Ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung berapi. Hal tersebut menyebabkan tanah menjadi subur.
Kedaan lingkungan abiotik yang sangat bervariasi membuat Indonesia kaya akan hewan dan tumbuhan. Indonesia memiliki 10% dari seluruh spesies tanaman yang ada di dunia, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amfibi, serta 17% spesies burung dunia. Sejumlah spesiea tersebut bersifat endemik, yaitu hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan di tempat lain. Contohnya sebagai berikut:
a. burung cenderawasih di Papua
b. burung maleo di Sulawesi
c. komodo di Pulau Komodo
d.anoa di Sulawesi
e. Rafflesia arnoldii terdapat di Pulau Sumatera dan penyebaraannya di sepanjang Bukit Barisan dari Aceh sampai Lampung
f. bunga bangkai (Amorphophallus sp.) merupakan flora langka khas Indonesia.
Fauna di Indonesia mencerminkan posisinya di antara Benua Asia (Oriental) dan Benua Australia. Di anatara Paparan Sunda dan wilayah laut dalam terdapat batas flora fauna Asia. Artinya, flora fauna Asia menyebar sampai batas tersebut. Batas ini disebut garis Wallace. Di antara Paparan Sahul dan laut dalam di bagian tengah juga terdapat batas flora dan fauna Australia. Artinya flora dan fauna Australia menyebar hanya smapai batas ini, yaitu garis Weber.                                               
Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bagian


a. Persebaran Fauna di Wilayah Indonesia Barat (Oriental)
Bagian barat wilayah Indonesia yang termasuk Paparan Sunda memiliki fauna tipe Oreintal, contohnya berbagai jenis kera, gajah, harimau, tapir, badak, ketbau liar, babi hutan, serta rusa.
  1. Sumatera memiliki hewan-hewan khas seperti gajah, tapir, badak bercula dua, harimau, macan tutul,beruang madu, siamang, dan orang utan.
  2. Jawa memiliki badak bercula satu, harimau (†/?) , macan tutul, dan banteng.
  3. Kalimantan memilki badak bercula dua, macan tutul, orang utan, kera berhidung panjang, dan beruang madu.
b. Persebaran Fauna di Wilayah Indonesia Timur (Australia)
Bagian timur wilayah Indonesia ditempati fauna tie Australia yang terdiri atas burung-burung dengan warna-warna mencolok misalnya kasuari, nuri, parkit, cenderawasih, dan merpati berjambul; serta beberapa jenis hewan berkantong, misalnya kanguru wallabi dan kanguru pohon. Di bagian tengah, misalnya Sulawesi, terdapat hewan yang khas yaitu anoa, dan di Pulau Komodo terdapat komodo.
c. Zona Peralihan antara Oriental dan Australia
Kalu kita menuju timur dari garis Wallace, jumah hewan kawasan Oriental menyusut secara mencolok. Sebaliknya, menuju barat, jumlah hewan kawasan Australia menurun jelas. Beberapa jenis marsupialia (mamalia berkantong) tipe Australia telah memasuki Wallace, burung pelatuk Oriental telah terbang dari Bali lewat pulau-pulau sampai sedikit ke timur dari garis Wallace. Hewan Oriental seperti burung hantu, bajing, dan babi yang melintasi garis Wallace timur sampai Sulawesi mungkin telah dibawa orang Melanesia sebagai makanan dan hewan piaraan. Pada banyak kasus, garis Wallace sama sekali belum menjadi kabur. Jarak garis itudari Bali dan dari Lombok hanya 25 kilometer, tetapi perbedaan faunanya sungguh mengagumkan. Bali dan kawasan Oriental, telah dicapai oleh bajing dan harimau dari Asia. Akan tetapi, kedua hewan ini tidak menyebar ke timur lebih jauh. Sebaliknya, Lombok mempunyai burung pemakan madu dari Australia yang tidak dikenal di Bali. Di tempat lain sepanjang garis itu, opossum berbulu dari Australia terdapat di Sulawesi, tetapi tidak menyebrang ke Kalimantan yang jaraknya hanya beberap kilometer. Burung kakatua, dari daerah Australia, menyebrang ke utara, dari daerah Australia, menyebar ke barat tepeat sampai pada garis Wallace, tetapi tidak melintasinya. Menurut Weber, bagian kepulauan Indonesia tersebut di atas merupakan daerah peralihan bertahap antara kawasan Australia dan Oreintal. Daerah yang merupakn tempat peralihan yang mencolok adalah Sulawesi.
Lingkungan  terestrial cenderung berubah dalam suatu pola karateristik dari utara ke selatan, karena letak garis lintang dari bukit ke puncak gunung. Perubahan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, sehingga pada akhirnya terbentuk zona tertentu dan tersendiri yang kemudian membentuk bioma
Bioma dapat diartikan sebagai macam komunitas utama yang terdapat pada suatu daerah yang dapat dikenal berdasarkan fisiognomi (penampakan). Faktor utama yang menentukan pembagian bioma adalah ketingian suatu tempat. Garis pembatas atau pemisah antara dua bioma, walaupun tidak jelas, disebut ekoton. Ekoton ditempati oleh tumbuhan dan hewan yang khas. Bioma-bioma umunya ditentukan oleh vegetasi atau tumbuhan yang dominan. Hal ini cenderung mencerminkan iklim yang umum dari area tersebut. Ada berbagai bioma di dunia, yaitu gurun, padang rumput, hutan huajn tropis, hutan gugur, dan sabana.
  1. Gurun (padang pasir): bioma ini terdapat di Afrika, Amerika, Australia, dan Cina.
  2. Padang rumput: bioma ini terbentang dari daerah tropis hingga subtropis, misalnya di Ameriak.
  3. Hutan hujan tropis: teradapat di daerah tropis dan subtropis, misalnya di Amerika Selatan (Brasil), Asia (termasuk Indonesia), dan Afrika.
  4. Huran gugur (deciduoes forest): merupakan bioma yang khas di daerah beriklim sedang.
  5. Sabana: terdapat di kedua sisi khatulistiwa, berkembang dengan lebih baik di Afrika dan Amerika Selatan. Sabana terdapat juga di India, Asia Selatam, Australia, dan Indonesia (di Irian, NTT, dan NTB)
Indonesia mempunyai 2 di antara 6 bioma tersebut di atas, yaitu bioma hutan hujan tropis dan bioma sabana. Bioma hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan sangat tinggi adalah daerah Malesiana.
d. Flora Malesiana
Flora Malesiana meliputi tumbuh-tumbuahn yang terdapat di wilayah Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Karena keanekaragaman tinggi, maka dapat dikatakan bahwa flora malesiana merupakan sumber plasma nuftah.
Pada umunya hutan-hutan di Indonesia didominasi oleh tumbuhab dari famili Dipterocarpaceace (tumbuhan berbiji bersayap), diantaranya meranti (Shorea sp.). Meranti terdapat di hutan Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, Brunei, Malaysia, dan pulau lainnya. Meranti dimanfaatkan  kayunya untuk bahan bangunan.
Tumbuhan khas Malesiana yang terkenal adala Rafflesia arnoldi. Parasit ini hidup melekat pada akar atau batang tumbuhan pemanjat Tetrastigma. Penyebaran Rafflesia meliputi Sumatera (Aceh, Bengkulu), Malaysia, Kalimantan, dan Jawa. Di daerah ini juga terdapat 30 jenis palem termasuk di antaranya palem liar (Salacca sp. Akan tetapi, saat ini salak telah terdistribusi ke seluruh pelosok Malesiana.
Di Papua ditemukan pohon khas yang disebit matoa (Pometia pinnata). Matoa memiliki perpaduan rasa buah durian dan rambutan. Buah matoa berangkai seperti anggur, berbentuk bulat kecil, dan berkulit tipis.

MANFAAT DAN NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI   
1. kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak, misalnya:
    a. sandang (ulat sutra, domba, kapas)
    b. pangan (serelia atau bij-bijian, umbi-umbian, sayur,buah,telur,daging,susu)
    c. papan (meranti,jati,sengon,pohon sawo)
    d. udara bersih (tmbuhan hijau atau pepohonan).
2. Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalny:
    a. transportasi (kuda, unta, sapi)
    b. rekreasi (pepohonan, hutan, taman bunga, tanaman hias, burung berkicau, keindahan bawah laut, hewan piaraan)
Keanekaragaman hayati yang dapat menghasilkan sesuatu (produk) yang bermanfaat umtuk hidup dan menjaga kesehatan manusia dikatakan memiliki nilai biologi.
Keanekaragaman hayati yang membuat orang terhibur karena keindahannya dikatakan nilai estetika. Keanekaragaman hayati yang menyebabkan manusia kagum, makin menghargai, an makain dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa dikatakan nilai religius.
Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang dapat diperjualbelikan (ditukar dengan mata uang), misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan. Dengan demikian, keanekaragaman hayati memiliki nilai ekonomi.
Bagi suatu suku tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan keangaan karena keindahan atau kekajsannya. Misalnya karapan sapi di Madura, ukiran kayu jati Jepara, dan lukisan wayang dari bulu atau kulit domba. Keanekaragaman hayati tersebut memiliki nilai budaya.
Keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para ahli untuk tujuan ilmu pengetahuan. Misalnya permuliaan hewan atau tanaman, pelestarian alam, dan pencarian alternatif bahan pangan serta energi. Jadi, keanekaragaman hayati memiliki nilai pendidikan 
PENGARUH MANUSIA TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI   
1.  Kegiatan yang mengakibatkan makin berkurangnya keanekaragaman hayati (dampak negatif) anatara lain sbb: 
a. Ladang berpindah, selain memusnahkan berbagai jenis tanaman, juga dapat merusak struktur tanah. Keadaan ini mempersulit pemulihan keberadaan berbagai jenis tanaman.
b. Intensifikasi pertanian (pemupukan, penggunaan insektisida atau pestisida, penggunaan bibit unggul, dan mekanisasi pertanian)
c. Penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang unggul mengakibatkan terdesaknya bibit lokal (disebut erosi plasma nutfah)
d. Perburuan liar dan penangkapan ikan dengan cara tidak tepat dan tanpa kenal batas dapat memusnahkan jenis-jenis hewan dan ikan.
e. Penebangan liar, ladang berpindah, pembukaan hutan, dan kegiatan manusia lain yang menyebabkan kerusakan hutan. Ini sama artinya dengan merusak habitat berbagai jenis hewan sehingga dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis hewan tersebut.
f. Industrialisasi, selain mengurangi areal hutan juga menyebabkan polusi yang berakibat berkurangnya jenis hewan dan tumbuhan.
Penebangan hutan secara ilegal dan tidak bertanggug jawab dapat merusak Keanekaragaman Hayati

2. Kegiatan manusia yang dapat melestarikan keanekaragaman hayati (dampak positf) antara lain berikut ini:
a. Penghijauan dan reboisasi, selain menambah jumlah jenis-jenis tanaman baru, juga memulihkan kawasan hutan yang mengalami kerusakan.
b. Pengendalian hama secara biologi, merupakan usaha pemberantasan hama tanpa merusak ekosistem sehingga tidak menyebabkan hilangnya jenis hewan dan tanaman karena penggunaan insektisida. Selain itu, serangan hama dapat dicegah karena predator alami tetap ada di dalam ekosistem.
c. Penebangan hutan dengan perencanaan yang baik dan dilakukan peremajaan (tebang pilih dan tanam kembali).
d. Usaha pemuliaan hewan dan tanaman yang menghasilkan varietas tanaman dan hewan unggul menambah kekayaan sumber plasma nuftah dengan tetap melestarikan jenis hewan dan tumbuhan lokal.
e. Usaha-usaha pelestarian alam, dilakukan di dalam habitat asli (secara in situ) maupun di luar habitat asli (secara ex situ). Untuk memahami konsep pengaruh kegiatan manusia terhadap keanekaragaman. Usaha pelestarian in situ, contohnya pelestarian komodo di Pulau Komodo. Usaha peleatarian ex situ, misalnya pembuatan kebun koleksi, kebun plasma nutfah, kebun raya, dan taman nasional. 

reboisasi atau penghijauan merupakan salah satu cara untuk memulihkan keadaan hutan

USAHA PERLINDUNGAN ALAM                                              
1. Perlindungan Alam Umum    
    a. Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan terhadap keadaan alam yang dibiarkan tanpa campur tangan  manusia. Tujuannya untuk penelitian dan kepentingan ilmiah, mislanya Cagar Alam Gunung Tangkoko di Sulawesi Utara.
    b. Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para ahli, mislanya Kebun Raya Bogor.
   c. Taman Nasional, yaitu perlindungan alam yang menempati suatu daerah luas, tidak boleh ada rumah tinggal maupun bangunan industri. Tempat ini dimanfaatkan untuk pendidikan, budaya, dan rekreasi alam tanpa mengubah ekosistem. Pada tahun 1982 diadakan Kongres Taman Nasional Sedunia (World National Park Congress) di Bali. Dalam kongres tersebut, pemerintah Indonesia mengumumkan Taman Nasional (TN) yang ada di In donesia, antara lain sbb:
  • TN. Kerinci Seblat (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) +- 1.485.000 ha
  • TN. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) +- 793.000 ha
  • TN. Bukit Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) +- 365.000 ha
  • TN. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) +- 355.000 ha
  • TN. Drumoga Bone (Sulut) +- 300.000 ha
  • TN. Lore Lindu (Sulawesi Tengah) +- 231.000 ha
  • TN. Kutai (Kalimantan Timur) +- 200.000 ha
  • TN. Manusela Waimuna (Maluku) +- 189.000 ha
  • TN. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) +- 108.000 ha
  • TN. Ujung Kulon (Jawa Barat) +- 79.000 ha
  • TN. Besakih (Bali) +- 78.000 ha
  • TN. Komodo (NTB) +- 75.000 HA
  • TN. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) +- 58.000 ha
  • TN. Meru Betiri (Jawa Timur) +-50.000 ha
  • TN. Baluran (Jawa Timur) +- 25.000 ha
  • TN. Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat) +- 15.000 ha
Meru Betiri National Park East Java
 
2. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
a. Perlindungan geologi, merupakan perlindungan yang bertujuan melindungi formasi geologi, misalnya batuan tertentu.
b. Perlindungan alam botani, bertujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Raya Bogor.
c. Perlindungan alam zoologi, bertujuan melindungi hewan langka serta mengembangbiakannya dengan cara memasukkan hewan tersebut ke daerah lain, misalnya Ujung Kulon.
d. Perlindungan alam antropologi, bertujuan melindungi suku bangsa yang terisolir, misalnya suku Asmat di Irian Jaya dan suku Badui di Banten Selatan.
e. Perlindungan pemandangan alam, bertujuan melindungi keindahan alam suatu daerah, misalnya lembah Sianok (Sumatera Barat).
f. Perlindungan monumen alam, bertujuan melindungi benda-benda alam tetentu, misalnya stalagmit dan stalaktit di gua tertentu dan air terjun.
g. Perlindungan suaka margasatwa, bertujuan melindungi hewan yang terancam punah, misalnya harimau, badak, dan gajah.
h. Perlindungan hutan, bertujuan melindungi tanah dan air dari perubahan iklim.
Konservasi adalah salah satu wujud perlindungan hutan
i. Perlindungan ikan, bertujuan melindungi ikan yang terancam punah.
Bentuk-bentuk perlindungan alam harus diusahakan secara terpadu, karena fauna akan lestari jika flora dan habitatnya terpelihara dan lestari. Apakah kalian telah berpartisipasi dalam usaha keanekaragaman hayati?
KLASIFIKASI (BIOMINAL NOMEN CLATUR)
Dwi tata nama yang telah ditemukan oleh Carolus Linnaeus yaitu sistm untuk megklasifikasikan tumbuhan dan hewan.
Klasifikasi taksonomi dibagi dalam beberapa tingkat berikut
a. Kingdom
b. Filum atau Divisio (Keluarga Besar)
c. Kelas
d. Ordo (Bangsa)
e. Famili (suku)
f. Genus (Marga)
g. Spesies
contoh klasifikasi pada hewan dan tumbuhan
Klasifikasi Harimau (Panthera tigris)
Kingdom : Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: P. tigris  
Klasifikasi Kentang (Solanum tuberosum)
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Upakelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Solanum
Spesies: S. tuberosum

KET: kata I (Genus/marga): huruf awal huruf besar
         kata II (petunjuk jenis): huruf kecil
Nama species : huruf miring/ huruf tegak digaris bawahi / huruf tebal